Beberapa waktu lalu semenjak saya membuka diri pada
interaksi lingkungan sosial dengan kuat. Saya menemukan banyak sekali
pelajaran. Saya akhirnya belajar untuk mengetahui bahwasanya orang lain pun
pernah memikirkan saya, entahkah itu dalam 1 detik, 1 menit, atau berapapun,
entah dalam bentuk bercerita fakta ataupun cerita gossip, terserah negatif
ataupun positif.
Akhirnya saya memahami orang lain pun member waktunya untuk
memikirkan saya.
Namun saya tidak berhenti disitu. Saya tipe orang yang belum
merasakan afdol jika tidak berbuat sesuai porsi saya (meski kata orang saya
terlalu baik.. padahal tidak ada lebih baik dari orang yang berkorban demi
kita). Saya akhirnya mengalami naik turun dalam mengenal interaksi lingkungan
sosial. Saya akhirnya memahami TUHAN.
3 Tahun lalu dimulai saya memutuskan untuk bekerja pada
sebuah perguruan tinggi. Saya memiliki pengalaman dimana saya pernah sekali
berbuat tanpa ingin imbalan, saya akhirnya membuat sesuatu yang sedikit berbeda
pada perayaan natal di tempat saya bekerja. Saya sampai membeli tripod,
meminjam kamera, mencari cara untuk melakukan editing video dansebagainya. Videonya berhasil. Namun apakah hanya itu?
Tidak. Terlalu banyak gossip, si kawan (menunjukkan ke saya) sok baik, sok
berbuat, melakukan dengan tujuan tertentu, penjilat, dsbnya. Saya Sempat merasa muak, tapi apa?
ð
Oh ini rupanya kalau perbuatan baik dipersepsi
aneh aneh, saya aja manusia diginiin bagaimana kalau Tuhan berbuat baik, tapi
dipersepsi oleh manusia yang ia ciptakan, bagaimana ya?
2 Tahun lalu dengan bermaksud untuk melakukan banyak hal
dalam rangka menghargai diri sendiri (tempat saya), mengajak beberapa individu
tuk merayakan hari jadi tempat ini (tempat saya bekerja). Banyak sekali lika
liku, banyak sekali pertentangan, banyak yang berasa punya andil, tidak jarang
memang tidak ada yang mendukung, lebih parahnya banyak bermulut manis di depan
namun di belakang, yaaaah begitulah. Hasilnya memang terlaksana dan saya merasa
bangga melalui beberapa individu tersebut mereka bisa merayakan dan menghargai
diri mereka sendiri dalam perayaan ulang tahun. Setelah itu, apa yang terjadi?
Tidak ada respon untuk menindaklanjuti lulusan tempat saya bekerja, malah
terkesan “ya sudahlah”. Padahal pemikiran saya adalah ini adalah momen tepat
untuk mengembangkan sayap tempat ini kearah lebih baik, namun saya siapalah yak
an, tidak bisa berbuat apapun.
ð
Oh ini rupanya kalau perbuatan baik dipersepsi
aneh aneh, saya aja manusia diginiin bagaimana kalau Tuhan berbuat baik, tapi
dipersepsi oleh manusia yang ia ciptakan, bagaimana ya?
1 Tahun lalu, dimana saya
berinteraksi dengan beberapa individu yang saya ajarin, saya menjadi pribadi
yang mau mencurahkan semua ilmu yang saya punyai, karena saya tahu 2-3 jam
kelas adalah waktu cukup singkat untuk transfer ilmu kuliah. Akhirnya sayapun
dipersepsi terlalu dekat dan terkeasn memiliki ikatan emosi, ada aja individu
yang sudah dibantu dalam banyak hal (karena permintaan dirinya pula tuk
dibantu), namun memiliki janji janji yang tidak bisa ditepati (padahal janji tersebut
adalah dari individunya, bukan dipaksakan). Akhirnya saya sempat berpikir
‘kecewa kali karena merasa simanfaatkan, ternyata individu2 tersebut mendekat
karena sesuatu’, ‘habis manis sepah dibuang’. Kemudian yang terjadi adalah saya
dipersepsi bahwa saya terlalu baper, terlalu ini itu, terlalu lain lainnya.
Bahkan ada masa fakta bahwa saya sebenarnya dikatakan adalah pribadi A malah
dikatakan sebagai pribadi B. Yang hebatnya lagi semua pun bertanya pada saya
ada apa, namun saya tidak bisa menjawab apa apa, yang pada akhirnya
berkembanglah rumor bahwasanya saya adalah pribadi yang memutuskan hubungan
interaksi, meski saya tetap bersikeras bahwa pemutusan hubungan bukan ada pada
saya.
ð
Oh ini rupanya kalau perbuatan baik dipersepsi
aneh aneh, saya aja manusia diginiin bagaimana kalau Tuhan berbuat baik, tapi
dipersepsi oleh manusia yang ia ciptakan, bagaimana ya?
Tahun ini, dimana tahun cukup
berat sampai setiap bulan harus melapor ke rumah sakit ataupun klinik. Saya
melihat kejadian 2 tahun sebelumnya bahwasaya saya terlalu dekat terlalu
mengikat emosi. NAMUN yang ada adalah saya dipersepsi menjauh, dipersepsi
melakukan provokasi, dieprsepsi bermuka dua, dan tidak berhenti pada beberapa
orang yang punya persepsi tersebut, bahkan disebarkan sehingga sampai sampai
saya pun menjadi beradu pada lulusan. Kebodohan yang terjadi lagi adalah jelas
jelas hasil chat saya tidak menyudutkan, jelas jelas hanya mengkonfirmasi,
jelas jelas hanya fakta dan meski akhirnya sekarang terbukti, jelas jelas
meminta untuk saling mendukung, saya pun dipersepsi menjadi sosok pemecah
belah. Sya berpikir ‘dimanakah rasionya’. BELUM LAGI, saya capek memperjuangkan
beberapa orang untuk dipandang secara objektif, untuk mendapatkan perlakuan
yang sama, NAMUN SAYA PUN DI KORBANKAN sampai saat tulisan ini dibuat. Beberapa
individu yang diperjuangkan untuk diterima secara adil sajapun, telah berlaku
tidak adil pada saya. Saya DILECEHKAN, TIDAK DIANGGAP MAMPU, BAHKAN ADA YANG
SENGAJA MELAKUKAN SESUATU DEMI TUJUANNYA TERCAPAI, CAPEKNYA SAYA MEMPERJUANGKAN
DIBALAS DENGAN RASA TIDAK HORMAT. Apakah saya kecewa? Ya SANGAT. Namun apakah
yang terjadi kemudian? Saya masih di korbankan. Saya pun mendapatkan persepsi
SANGAT SANGAT NEGATIF, PERLAKUAN YANG SANGAT NEGATIF. Saya berpikir kembali,
apakah saya telah berbuat baik? Tampaknya sudah sih, namun mengapa seperti ini?
Saya tidak pernah meminta balasan tu, bahkan ketika ada yang ingin datang pada
saya, saya berusaha membuat nyaman.
Saya
juga mengalami perseturuan perseteruan yang ga jelas, yang membuat saya
dipojok. INIKAH AKIBAT MEMPERJUANGKAN BANYAK ORANG? BAHKAN ORANG YANG AKAN
DIPERJUANGKAN AKAN MENGORBANKAN SAYA? Lucu memang, tapi saya mengalaminya.
ð
Oh ini rupanya kalau perbuatan baik dipersepsi
aneh aneh, saya aja manusia diginiin bagaimana kalau Tuhan berbuat baik, tapi
dipersepsi oleh manusia yang ia ciptakan, bagaimana ya?
AKHIRNYA SAYA PUN MEMANG MELIHAT
KEMBALI, HEI TERNYATA SAYA SISI MANUSIA SAJA DIGITUIN, BAGAIMANA DENGAN SOSOK
YANG DALAM KEYAKINAN DAN AGAMA SAYA YANG BERBUAT LEBIH DARI SAYA PUN TETAP DIKORBANKAN.
Akhirnya saya hanya bisa memahami
Tuhanku dengan cara ini. Berbuat baik seakan hanya akan bertanggungjawab pada
Tuhan, Berbuat benar seakan semua adalah kehendakNYA.
Semoga saya mampu menjalani ini,
TERSERAH PADA PIHAK LAIN UNTUK BERPERSEPSI, karena saya akan mengatakan,
Terimakasih sudah memikirkan saya dalam bentuk apapun.