Saya tidak
pernah di ekonomi susah?
Saya sangat pernah menjadi pedagang kecil di saat kelas 3
SLTP. Saya membantu seikit untuk menjual kerupuk dan permen jahe untuk menambah
keuangan keluarga. Bukan, bukan seperti yang dipikirkan oran orang bahwa saya
sudah berada pada kondisi enak. Saat itu
saya bisa menghasilkan duit 60ribu untuk zaman saya SLTP. Dan itu nilainya
memang tidak banyak, tapi pada zaman saya paling tidak bisa membantu
mempertahankan dapur mama saya tetap mengepul.
Alasan saya membantu tidak lain
tidak bukan karena kondisi keuangan orangtua yang saat itu sangat seret. Bukan
PNS Guru zaman now yang berlimpah ruah dengan sertifikasi. TIdak, mama saya
saat itupun masih memiliki gaji ratusan ribu rupiah. Ayah saya? Tidak perlu
ditanyakan keuangannya, dosen swasta akan sangat sulit bergerak kemanapun.
Saya pernah di kondisi sulit.
Dibelikan baju celana, dan bahkan saat itu pernah memakai celana dalam bekas
(monja sebutan saat itu). Saya sangat pernah makan lauknya sayurnya sangat amat
terbatas DAN BAHKAN terkesan DIJATAH atau bahkan DIPANASIN LAGI – sampai sampai saya melihat mama saya tidak ingin
makan lauk dan sayur dengan alasan sudah kenyang mencicipi saat masak. Saya
pernah memakai celana sekolah yang saat itu hanya bisa dikancing peniti. Memakai
karet untuk kaus kaki yang sudah melar karena dipakai dari turun temurun. Bahkan,
daging saat itu menjadi seakan hal yang sangat dinanti nanti apalagi ketika ada
pesta undangan dari sanak saudara dan lainnya.
Siapa bilang saya tidak pernah di
ekonomi susah. Justru saya tahu rasanya kekurangan makanya saya berusaha
sekitar saya jangan sampai tidak layak (meskipun tangan saya masih terbatas
membantu).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar