Sesuai judulnya, ya entahlah…
Saat ini, saya merasa dalam tahap
dimana saya ingin belajar lebih objektif. Saya ingin melihat dari berbagai
sudut pandang.
Ada kekecewaan dimana saat saya
melakukan aktifitas mengajar dalam sebuah perkuliahan. Ini adalah pengalaman ke
sekian kalinya dengan fenomena yang mirip. Jika dahulu saya menurunkan level
saya sebagai tenaga pendidik sebagai teman belajar, saya selalu menjadi
bulan-bulanan. Saya bermaksud untuk meminimkan gap supaya saya bisa transfer
ilmu di luar kelas. Namun, yang terjadi adalah banyak yang menganggap untuk
menghilangkan batasan (bahwa saya mendekat untuk memberikan ilmu bukan untuk
diperalat, digampangin dsbnya) itu.
Akhirnya saya mulai untuk melepas
hal di atas. Mencoba kembali percaya pada sebutan ‘mahasiswa’ adalah siswa yang
punya status intelek di level maha.
Saya melepas sedikit banyak
kedekatan untuk melihat kembali semua yang saya alami, dan akan alami.
Saya sudah beberapa kali meminta
sebuah kelompok presentasi untuk berdiskusi (hal yang saya tidak temukan
sebagai tenaga pendidik di tempat saya dahulu mengenyam pendidikan). NIAT BAIK,
agar mahasiswa tidak kaku, dapat
menguasai bahan. Namun apa daya, untuk mengetahui Kontrak yang disepakati pun
cenderung mayoritas banyak tidak mengetahui.
Perspektif saya, melihat kontrak
adalah untuk mengatur segala persiapan, mengetahui hak dan kewajiban. Mahasiswa
belajar untuk bernegosiasi untuk dirinya sendiri kelak.
Perspektif saya melihat realita,
Belum ada yang memperhatikan dengan jelas apa yang ada di kontrak.
Saya heran dengan mudahnya
jawaban ‘diam’, mudahnya jawaban ‘tidak tahu’, dan penampilan perilaku ‘acuh
tak acuh’. Padahal saya bahkan sudah
mengikuti zaman yang super teknologi saat ini (bila dibandingkan dengan saat
saya kuliah dahulu). Kontrak di kirim ke email. Saya terkejut saja.
Apakah teknologi yang katanya
bisa membantu manusia malah menguasai pikiran manusia ?
Kembali,
Saya terkejut dengan celotehan
“akh bahasa inggris”
Saya akan tetap melakukan
perbandingan dengan situasi saat saya kuliah. Situasi dimana bahan materi
perkuliahan 80% adalah text book.
Perspektif saya, saya menerapkan
kembali agar yang saya didik tahu sebenarnya awal ilmu yang dipelajari adalah
ilmu dari luar Negara yang mereka diami.
Perspektif saya melihat realita.
SAAT INI, BAHKAN UNTUK MEMILIKI BUKU BAHASA INDONESIA, ATAU MELAKUKAN FOTOCOPI
BAHAN TERTENTU PUN SULIT.
Saya terkejut dengan heningnya
kelas saat saya memberikan kesempatan untuk bertanya. Hal yang mungkin saya
pribadi alami berbeda. Perbandingan dengan saya dahulu adalah,tidak semua dari
kami memiliki kesempatan dikarenakan banyaknya jumlah anggota kelas, yaitu
sebesar 125 orang dan tidak menutup kemungkinan pertanyaan yang akan di respon
adalah pertanyaan orang tertentu. Namun apakah banyak surut untuk bertanya.
Jawabannya adalah TIDAK.
Perspektif saya, memberi
kesempatan bertanya adalah member HAK pada mahasiswa untuk mengetahui apa yang
sedang ia gundah gulana-kan. Memberi penjelasan bahwa perilaku bertanya tidak
akan memakan nyawa seseorang, bertanya di kelas tidak akan mengancam status
sosial, bertanya di kelas tidak akan mendapatkan predikat bodoh, bertanya di
kelas adalah kewajaran.
Perspekti saya melihat realita.
Sedih ketika mereka pun bingung dimana mereka bingung sehingga tidak bertanya.
Yang paling aneh menurut saya
adalah JIKA MATERI DIBUAT LUCU TANPA TAHU ESSENSI, adalah sesuatu yang menarik
minat banyak mahasiswa yang saya ajari saat ini. Bahkan yang saya temukan
adalah materi KEKINIAN menjadi bagian penjelasan yang terkesan dipaksakan pada
sebuah materi, MENJADI MENARIK bagi mahasiswa yang saya lihat.
Jadi
ENTAHLAH…
TEKNOLOGI DIMANFAATKAN,
KETERBUKAAN DIBERIKAN, KESEMPATAN BERTANYA ADA.
TAPI, ENTAHLAH
Lebih menarik update status,
sebar story instagram, game online, social chat, dan download film untuk
PEMANFAATAN TEKNOLOGI.
Lebih mengagungkan bahasa alay,
bahasa tidak standar, dengan rasionaliasi Nasionalis, UNTUK MENGANULIR SEMUA
alasan keterbukaan pada bahasa inggris.
Lebih baik mengelak, lebih
dianggap punya hak pribadi yang bebas kapanpun tuk bertanya, demi Membuat
Hening ruangan tanpa sebuah pertanyaan.
ENTAHLAH
Lagi lagi entahlah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar