Sebagaimana dilakukan oleh banyak
pekerja lainnya, saya juga memanfaatkan liburan pada tanggal 5-6 mei. TO be
honest, liburan ini sebenarnya bukanlah liburan yang dinikmati orang pada
umumnya, namun sebenarnya defenisi liburan disini bagi saya pribadi adalah
pergi ke rumah salah satu warga dibelahan desa atau kampung mana, lalu menginap
dan menikmati lingkungan mereka untuk satu atau dua hari kemudian. Sedikit ala backpack
tapi bukan liburan ngemat.
Liburan ini pernah saya lakukan di
jogja, semarang dan salatiga. Well semuanya saat saya studi lanjut s2 di ugm Jogjakarta.
Liburan ini sebenarnya lebih
dikarenakan sebagai bentuk pelarian dari aktifitas yang sangat membuat mumet. Hahahaha
(dalam 3 tahun terakhir akhirnya bisa juga buat mumet kerjaan sekarang - but still keep fighting).
Saya tinggal di salah satu rumah
mahasiswa. Dengan dinamika saya dikira mengajak untuk kegiatan prmosi dan
adanya persepsi buruk terhadap saya oleh beberapa mahasiswa yang mengganggap
saya ini itu, dan lalu dikira mengutamakan kerjaan promosi daripada bakti
sosial. (WHAT THE PERCEPTION… MUNGKIN PERLU MIKIR ULANG MENURUT SAYA)… Saya
JADINYA 100 persen LIBURAN versi saya.
Saya menikmati kota yang selalu
saya lewati sesaat saya akan berangkat dari siantar tempat kelahiran saya ke
medan. DImanakah itu?? Ya kawasan Lubuk Pakam. Dengan menggunakan kendaraan motor, saya pergi
bersama mahasiswa tersebut, menikmati malam dengan macet2nya (dalam hati ini
toh perasaan orang yang dilalui kalau bepergian dan macet malam sebelum liburan,
SAYANG SEKALI saat itu yang kurang adalah MUSIK karena earphone ketinggalan).
Berbekal baju seadanya yang dibawa,
memakai handuk, menikmati malem dan akhirnya sampai dari perjalanan yang
seharusnya ditempuh 30 menit normal menjadi 1 jam 50 menit… hahaha (beginners
bagi saya).
Pada Pukul 10 malam sampai, dan
siap siap langsung capcus makan. Ya untuk pertama kalinya saya menikmati tempat
makan dengan pemandangan kereta api langsung berjalan depan saya, hahahaha..
Ternyata ini toh kehidupan lain dari masyarakat disini. Setelah makan minum dan
sedikit ngalor ngidul sampai jam 1 pagi, saya dan 2 mahasiswa akhirnya pulang,
berberes dan tidur. Mungkin bagi yang segenan sama saya (termasuk mahasiswa
yang empunya rumah), belum tahu, kalau saya bisa tidur dimana saja. Saya
bersama satu mahasiswa (saya sering panggil anggia di chat), tidur di lantai dengan alas tikar, dan saya
lebih menikmati kesederhanaan tersebut.
Pagi hari jam 6 lewat kita
terbangun (sebenarnya jadwal bangun saya juga), melihat sekeliling, berlagak
rumah sendiri (karena penyambutan mahasiswa di rumah yang ramah), membangunkan
mahasiswa tsb belagak membangunkan adek sendiri untuk membeli makanan. Namun
yang saya temui adalah, si mahasiswa yang cukup sering manggil saya among di
chat ini, dia malah menampilkan diri sebagai sosok anak yang taat pada
orangtuanya (IBU), mengantar orangtuanya untuk ke sawah.
Setelah ia mengantarkan
orangtuanya, ia kembali ke kita untuk mengajak makan pagi, saya tertarik cukup
girang untuk makan pagi dan sedikit melihat kota ini. Kita makan di sebuah
pusat pasar dimana menyatu dengan pusat perbelanjaan. Bayangin aja kita ke pasar
semaca pasar tradisional namun tiang parkirnya seperti yang kita temukan di
pusat perbelanjaan. Sesuatu ya (pengalaman baru aja menurut saya).
Kita makan lalu saya inisiatif
untuk masak sebagai bentuk apresiasi telah memberikan kesempatan untuk tinggal di rumah. Saya belanja
di pasar tersebut, beli tempe, tepung, dan sayuran mix ala chapcai sederhana
hahaha.
Setelah selesai berbelanja, kita
langsung ke rumah, seperti menganggap ruah sendiri saya masukin semua bahan
belanjaan pada kulkas. Hihihhi.. so homi saj amenurut saya. Setelah itupun kita
siap siap untuk gereja. (libur hari merah hari kenaikan isa almasih).
Pengalaman lain yangs saya temukan di gereja adalah saya berada di gereja yang
selalu saya lihat selama perjalanan ke medan, ya gereja itu dekat sekali dengan
RUmah sakit medistra.
Waaah bagi saya ini pengalaman agak unik, mengingat dulu
pernah berpikiran pengen berkunjung, eh tak taunya malah beneran gereja disitu.
Ada yang baru saya lihat untuk pengalaman ke gereja ini. Jemaat yang cukup
minim saat itu, dan pengkotbah yang tidak biasanya yaitu seseorang dari jemaat
yang mengambil peran sintua (bukan pendeta atau yang memiliki tahbisan
pengkotbah). Saya berpikir, ini pengalaman baru lainnya.
Lalu saya ambil foto foto hebring
sendiri. Setelah foto-foto, saya melancarkan aksi yaitu melakukan legiatan memasak dengan bahan yang
telah saya beli sebelumnya. Hahahah asik sekali memang, memulai masak lagi
apalagi memasak untuk orang lain, saat itu saya memasak tempe goreng dan simple
chapcai hahahaha..
Bahkan saya meminta mahasiswa
lain yang berada di kota itu untuk hadir menikmati masakan saya. Yah, memang
rasanya ada keraguan untuk memasak kembali mengingat sudah hampir jalan 20
bukan saya ga masak lagi, apalagi di awa komen salah satu mahasiswa terceletuk,
bukan vegan (karena bahan bahan saya banyak sayur). Lalu bahkan dari dirinya
sendiri berkata, “baru kali ini makan sayur enak kurasa” setelah mencicipi,
well disitu saya sedikit merasa senang, yaaah yang penting pernah masak lagi.
Siang berlalu ke sore, kita
istirahat ngalor ngidul lagi, kemudian inilah pengalaman seru lainnya. Pada
malam hari, kita diminta oleh mahasiswa yang punya rumah, untuk ikut melakukan
aktifitas jaga air.loh kok air dijaga? Ya ternyata ini lah penjelasannya,
sebagian masyarakat di pakam hidup dengan pertanian, dengan kondisii
kekeringan, dan bendungan yang saling menjaga, cenderung ada kesan
rebut-rebutan air. Sehingga waktu untuk menjaga padi tetap terairi bisa
dilaksanakan mulai dari 10 malam sampai jam 6 pag- atau bahkan sampai jam 10 pagi
keesokan harinya (sebuah perjuangan bukan).
Namun mari saya ceritakan, saya
hanyalah berperan mengikuti, kami pergi ke 3 tempat yang berbeda mencari aliran
air dari beberapa bendungan untuk mengalirkan air ke sawah milik orangtua
mahasiswa dan beberapa warga lainnya. Bergerak dari jam 9an pergi malam malam
menjalani sawah, mengikuti kawanan yang mencari sumber air, membuat saya
berpikir kembali ternyata sebegininya perjuangan para petani saat ini, belum
termasuk mahasiswa saya yang membantu orangtuanya. Ada perasaan dimana saya merasa was was,
karena air adalah sumber untuk penghidupan sawah maka tidak mungkin hanya kami
yang mengusahakan pasti ada yang lain, sehingga terkesan rebut merebut air. Kami
bahkan pergi melewati bangunanan jalan TOL dan melihat aliran air. Sampai pada
masa berusaha membendung aliran air yang seharusnya mereka dapatkan, saya
melihat memasuki genangan air selutut,
dengan kondisi sangat gelap (hany bermodal lampu senter dan lampu led) ,
memegang tanah, memasukkan gundukan rumput , hanya untuk mengairi sawah mereka.
Sampai jam 12an menuju jam 1 akhirnya kegiatan jaga air selesai di bagian
kami. Namun di orangtua mahasiswa dan
warga lainnya masih berlanjut untuk melihat kontinuitas air bisa mengairi
sawah.
Kami pulang dan istirahat, lalu
keesokan harinya pada jam yang sama saya melihat kembali akktifitas dimana
mahasiswa ini memasak untuk ibunya yang semalaman telah menjaga air untuk sawah
mereka. Ya sampai kami berkunjung kembali ke sawah, kami baru melihat
penambahan maksimal 1 cm air dari kebutuhan sawah mereka saat itu. Ternyata ini
yang mereka usahakan. Usaha berat, memang namun inilah pengalaman yang saya
pelajari untuk menghargai konsumsi nasi selama ini. Ya saya memang tidak dari
keluarga petani, namun saya pernah dulu sering ke sawah menemani orangtua,
mencangkul dan merawat padi dari serbuan burung burung. Namun pengalaman jaga
air kali ini membuat saya semakin menghargai usaha para petani.
Sorenya saya berkunjung ke rumah
salah satu mahasiswi, kemudian saya tersadar banget dengan kondisi kehidupan
mereka, saya merasa bersalah dengan melihat kondisi rumahnya dengan kondisi
yang harus dia jalani dan beban dari tempat ia belajar. Say bercerita banyak
dengannya dan berharap dia bisa berusaha untuk mampu mengungkap semuanya.
Sungguh saya sendiri merasa tersendir dengan tuntuan yang diberikan kepadanya. (namun
tidak perlu detail yah disini). Dan menyempatkan untuk lihat sawah2 juga hehehe
Liburan ditutup dengan makna
kehidupan yang saya bisa pelajari. INI liburan saya sebenarnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar