Kamis, 01 September 2016

Teori, kesendirian, dan saya Psikolog

Usia saya akan mencapai 30.
Selayaknya menurut teori dari ilmu yang saya pelajari di perkuliahan, saya sudah mulai aktualisasi dengan pekerjaan dan mencapai hubungan lebih serius dengan calon pasangan hidup.

Kalau diperhatikan, memang benar banyak pengalaman saya yang mengharuskan saya membutuhkan orang lain.
Namun saya tidak bukan manusia yang ingin menerima mentah mentah teori.
Belum lagi, saya belum mau menerima semua "celotehan married" yang diutarakan oleh rekan kerja, teman sebaya saya, dan bahkan mahasiswa yang saya didik.
Ataupun "saran religi menikah" yang selalu diperdebatkan dengan tidak objektif menurut saya.

Here's the thing

Teori adalah sesuatu yang berlaku umum, kita lupa kalau ada kasus tidak umum
Namun apakah apabila saya dalam kasus tidak umum, jadi memaksakan pandangan saya juga?

Anggap saja ini rasionalisasi (bentuk mekanisme pertahanan diri menurut Signmund freud) , UNTUK DIRI SAYA SENDIRI.

Saya tidak menerima alasan, bahwa memiliki pasangan adalah kebutuhan saat kita sakit, butuh pertolongan saja. (menurut saya ini egois)

Saya belum bisa memberi hidup saya untuk satu orang, saya lebih baik berbuat pada banyak orang. (Meski ini terkesan idealis)

Saya tidak menerima SIKLUS UMUM MANUSIA (lahir, tumbuh belajar, bekerja, menikah, punya anak, membesarkan anak, menikahkan anak, lalu melihat cucu, kemudian menunggu ajal,  dan meninggal)

ini adalah pandangan untuk diri saya sendiri. Bagi pembaca, anda sangat bebas untuk tidak mengikuti pandangan saya.


Tidak ada komentar: