Kamis, 24 Mei 2018

Kok Bisa kali gitu ya?



Judul ini adalah judul untuk mengatakan bahwasanya saya masih takjub dan bertanya Tanya.
Akhir April saya berkesempatan untuk pergi ke salah satu kebun miliki perkebunan Negara. Kegiatan saya di sana adalah untuk melakukan kegiatan seleksi dengan menggunakan wawancara.
Sebenarnya ini bukan hal yang baru bagi saya namun ketika langsung datang ke situs lapangan perkebunan dan kemudian bicaa langsung serta mengikuti semua cerita dunia para Buruh Harian Lepas yang menggantungkan nasibnya pada keputusan wawancara, maka saya mengatakan ini terkesan TAKJUB.

Di luar jangkauan pikiran saya, itulah kalimat yang ingin saya utarakan. Sangat diluar kemampuan pola pikir saya. Tapi entah apa yang akan saya katakan dalam tulisan ini bisa tergambar atau tidak.
Apakah itu?

Saya mewawancarain langsung kisah hidup anak anak usia 17 Tahun sudah menikah, sudah memiliki keturunan dari pernikahan yang legal (bukan kecelakaan). Arah hidup mereka, mengapa mereka memilih untuk menikah pada usia yang muda dan terkesan belum matang baik secara emosi dan ekonomi (setidaknya pada persepsi umum yang saya miliki). Begini, ya beginilah realitanya. Saya terbiasa mendengar dan melihat dari video dokumentasi pada salah satu channel televisi. Tapi ini live, langsung saya hadapin, meskipun dalam situasi melakukan seleksi terhadap mereka.

Alasan alasan yang saya himpun adalah banyak dari mereka memang tidak memiliki pemikiran yang kompleks selayaknya orang kota dalam menjalani hidup. 

Contoh saja, untuk pacaran ga perlu ini itu, bukan mengatakan mereka orang kampungan, TIDAK, justru mereka update dengan hal hal yang terbaru. 

Mereka tidak memerlukan sesuatu yang wah untuk menghidupi dirinya. Bahkan pada umumnya mereka rela bekerja dibawah tekanan fisik dan emosional untuk mendapatkan uang hanya sebesar 20rb sampai dengan 50 rb per hari dan belum tentu setiap harinya ada pekerjaan. 

Mereka tidak memerlukan gadget terbaru, pakaian yang mewah, dan terkesan hanya menggunakan diri mereka untuk bersosialisasi.

Dan

Saya takjub menemukan ada yang menikah dan si pengantin pria dengan berani melaamar tanpa ada pekerjaan yang tetap, penghasilan yang lumayan. Saya takjub mereka bisa menghidupi dirinya dengan kasaran maksimal 1 – 1.5 juta per bulannya dan itupun untuk kebutuhan 1 keluarga yang berisi minimal 2 orang dewasa dan seorang anak bayi. (Disini otak saya berputar. Sangat berputar)

Sehabis kegiatan seleksi tersebut saya diskusi dengan kepala project yang mengajak saya. DIa hanya mengatakan. Ya disini begini dan bagi mereka hidup mereka dari kebun ya kembali ke kebun. Tidak jarang dari mereka dan orangutan mereka menanamkan hal yang sama untuk tidak terlalu berpikir macam2. Untuk tetap di daerah yang jauh dari kota dan tetap berkebun, bekerja sama orang lain/perusahaan perkebunan, asalkan beras dan garam masih ada di rumah.

Satu sisi otak saya diputar putar mengingat saya sendiri dengan segala kondisi saya yang notabene lebih dan jauh beruntung dari mereka. Satu sisi melihat bahwa ternyata ga perlu ribet untuk memenuhi kebutuhan hidup ini. Asal ada keluarga, asal ada pemenuhan hidup sederhana ya sudah selesai.
Namun profesi saya menuntut untuk mengembangkan orang lain, untuk membuat setiap orang mencapai potensi maksimal yang ia miliki. Saya merasa ternyata profesi saya pun masih jauh dari kata berhasil. Apalagi kedua tangan saya ini yang pada akhirnya beberapa diantara mereka harus di gugurkan dalam proses seleksi.
Satu lagi otak saya berpikir, apa iya ya, mereka tidak terjamah dengan pendidikan yang sebenar benarnya. Yang ada hanyalah doktrin doktrin untuk menerima keadaan, untuk cepat berpuas diri, menganggap bahwa kebersyukuran hanya sebatas terima apa yang ada tanpa memikirkan ada harapan untuk lebih baik tanpa memilirkan bahwa ketika masih memiliki harapan untuk lebih itupun termasuk salah satu syarat untuk bersyukur?.
Sumpah, kondisi real ini membuat saya pening. Sepening saya memikirkan masalah saya yang terkesan sepele saat saya menulis ataupun mengetik ini.
Rasa bersyukurku belum pada nilai kodratnya.

Tidak ada komentar: