Sabtu, 15 Juni 2013

Pup dan Kebusukan

Saya pernah melihat tulisan pak sarlito sarwono (salah satu psikolog, penulis buku pengamat ternama di indonesia) pada facebooknya di tanggal 1 juni 2013. Beliau menuliskan pandangan-pandangan tentang sebuah rumah yag memiliki ruang toilet sserta kakusnya, dengan mengambil analogi persamaan dengan sebuah negara dengan sebuah tempat- tempat lokal (atau lokalisasi). Saya mengambil kesimpulan bagaimana sebuah rumah (sebuah negara) memiliki ruang khusus untuk membuang/ menutup/ menyembunyikan kotoran yaitu sebuah toilet (kebusukan negara yang terselubungi dari tempat-tempat lokalisasi, prostitus dan seagainya).
    Kemudian saya berpikir kembali akan tulisan tersebut. Benar memang jika analoginya adalah hanya ttg menutupi kebusukan. Tapi bila ditilik lebih jauh lagi, Sebuah rumah dengan isinya adalah penghuni anggota keluarga, dimana setelah proses kegiatan rumah tangga baik berupa bangun, makan, bersih-bersih, adalah kegiatan membuang kotoran (pup). Bila tulisan pak sarlito melihat keserasian ataupun kesamaan adanya pup (kebusukan) dengan para pelaku kegiatan prostitusi, saya belum memahaminya. Pup adalah bagian hasil proses. Sedangkan Pelaku kegiatan bisnis kesenangan syahwat tersebut bisa jadi atau bisa tidak jadi dari hasil sebuah proses. Mereka juga masih bagian dari sebuah proses, bukan hasil akhir. Pelaku kegiatan bisnis syahwat bukanlah Pup akibat sebuah proses dari adanya sebuah negara.